🏈 Hadits Semua Hanya Titipan Allah

5 Memelihara Semua nikmat yang diberikan Allah SWT. Semua nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia adalah amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik. Umur, kesehatan, harta benda, ilmu dan lain-lain sebagainya termasuk anak-anak adalah amanah yang wajib dipelihara dan dipertanggungjawabkan. Hidupdi dunia ini hanya sementara, apa yang mesti kita banggakan wahai sobat? Rumah indah nan megah, mobil yang mahal, istri atau suami yang cantik dan tampan, anak cerdas nan disayang, semua itu adalah titipan maka namanya juga titipan. Jika ketika titipan itu diambil jangan marah, karena titipan itu sewaktu-waktu akan diambil oleh pemiliknya. KesungguhanIbnul Qoyyim dalam Menuntut Ilmu dan Ibadah. Diposkan oleh Ayo-Ngaji Mei 27, 2022 Posting Komentar. Berkata Ibnu Katsir Rahimahullah tatkala menjelaskan tentang biografi Ibnu Qayyim Al Jauziyah Rah. Read more ». Karenasemua itu ada masanya . Kesombongan adalah penyakit hati yang seharusnya kita jauhi . Mengapa ? Karena Allah SWT yang menciptakan kita pun membenci itu . Allah SWT lah yang pantas sombong , karena Allah SWT yang memiliki segalanya . Semua yang kita miliki saat ini hanyalah titipan-Nya . Kita tak akan membawa harta kita saat kita mati . Mungkinpembaca pernah ada yang dengar tentang sebuah hadis yang menjelaskan tentang pintu rezeki. Di hadis itu disebutkan bahwa sembilan dari 10 pintu rezeki adalah berdagang. Hadis ini sering dijadikan pegangan bagi orang yang menekuni dunia usaha atau wiraswasta. Bahkan sekolah-sekolah dasar ada yang menjadikan hadis ini sebagai patokan Allahitu Al-Warits Artinya adalah Allah itu Yang Maha Mewarisi. Dialah pemilik hakiki, manusia dan makhluk lainnya hanyalah sebagai tamu dan penerima pinjaman, yang namanya tamu satu saat akan permisi dan orang meminjam satu saat akan ditagih pinjamannya. Oleh karena itu, setelah manusia dan makhluk serta alam semesta hancur dan binasa semu . VIVAâ Semua yang kita miliki, cantik harta benda, jabatan pekerjaan had keluarga baik pasangan dan anak-anak yang kita kasihi adalah titipan Allah SWT. Suatu saat barangkali kapan, bagaimana dan dimana, semua itu akan kembali pada Tuhan SWT begitupun kita sendiri. Sehingga saat kehilangan itu hadir, saat ternyata suatu parak yang tidak kita ingin terjadi, maka bertakwalah, kuatkan iman, diri Semuahanya titipan, bila salah satu dari yang kita sayangi harus diambil oleh yang punya, maka kita harus ikhlas mengembalikannya, walaupun kita suka dan sangat sayang, kita tidak bisa menolaknya dan tidak bisa menyembunyikannya, karena itu bukan hak kita, itu adalah hak sang pemilik barang tersebut. Sebagaihikmah bahwa apa saja yang dimiliki sekarang tidak ada apa - apanya disisi Tuhan, karena semua hanya titipan. Kesimpulan. Dari beberapa point diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa amal jariyah harus dilakukan sebagai bekal untuk diakhirat nanti. Allah jelas sudah memerintahkan kita untuk mengamalkanya. 8suO. Saudaraku, SAAT ini banyak di antara kita yang sombong dengan apa yang dimilikinya. Mereka bangga dengan harta, pangkat, jabatan, rumah, kendaraan, gelar dan lain sebagainya. Padahal benarkah itu semua milik kita? Saudaraku, Sesungguhnya apa-apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan dari Allah SWT. Maka sungguh sangat dangkat hidup kita jika kita beranggapan bahwa apa yang kita gunakan saat ini adalah milik kita. Betapa hidup kita tidak bernilai jika hanya menjadikan perhiasan dunia sebagai tolak ukur kemuliaan. Sungguh konyol jika kita merasa terhormat oleh bungkus, sedangkan terhadap isi kita abai. Tidakkah kita sadar bahwa semua itu tiada lain hanyalah titipan dari Allah Swt. Bahkan kita hidup di dunia pun hanya nebeng saja, dan alam semesta ini mutlak adalah milik Allah Swt. Lantas apa yang pantas kita sombongkan sebenarnya? Tidak ada sedikitpun. Di dalam Al Quran terdapat hikmah yang sangat besar terkandung dalam nasehat Luqman kepada putranya. Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” QS. Lukman [31] 18. Saudaraku, Kehidupan kita adalah karunia dari Allah. Hanya Allah yang mencukupi rezeki kita, melimpahi kita dengan berbagai karunia-Nya. Bumi ini hanya milik Allah, sedangkan kita hanya nebeng sementara dan hanya sebentar saja.[] Sumber Nasihat-nasihat Aa Gym Hari Jumat merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh setiap umat Muslim, karena di dalamnya terdapat ibadah yang sangat agung, yakni shalat Jumat dengan berjamaah di masjid. Dan salah satu momentum istimewa dalam Jumatan yakni mendengarkan nasehat-nasehat khutbah yang disampaikan sang khatib di atas mimbar. Teks khutbah Jumat ini dilansir dari Khutbah Jumat 4 Permata dalam Diri Manusia dan yang Membinasakannya . Semoga dengan membaca dan mendengarkan khutbah ini, menjadikan pembaca dan pendengar menjadi hamba yang selalu bertakwa kepada Allah swt. Dan selalu menjadikan Rasulullah saw sebagai suri tauladan setiap waktunya. Khutbah I اَلْحَمْدُ ِللهِ الًّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ وَالّذِيْ هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لآاِلهَ إِلّاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُوْصِلُنَا إِلَى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظَرِ لِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وأَشْهَدُ أَنْ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِىُ الرَّؤُفُ الرَّحِيْمُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah, Di awal khutbah, mari kita semua meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt, dengan sebenar-benarnya, yaitu dengan berupaya optimal menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh, Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk terbaik. Ia diciptakan dengan bentuk fisik yang indah, juga diberi perangkat lunak yang sempurna, seperti akal pikiran, rasa, dan karsa kehendak. Manusia berbeda dari makhluk Allah lainnya. Malaikat diciptakan hanya memiliki akal tanpa diberi syahwat dan nafsu. Hewan dibekali syahwat sehingga hidupnya hanya mengikuti keinginan kebutuhan badannya; makan, minum, berhubungan badan dan segala keinginan yang bersifat jasmaniah. Sementara setan diciptakan hanya dengan bekal nafsu sehingga sepanjang hidupnya selalu ingkar akan nikmat Allah. Manusia, sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tiin ayat 4 diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Manusia diciptakan dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat, hewan dan setan, yakni berupa akal pikiran, syahwat, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, kehidupan umat manusia lebih dinamis, karena manusia berjuang dalam tarikan antara ketiganya. Manusia bisa menjadi seperti malaikat hanya tunduk patuh pada Allah, bisa seperti hewan hanya mementingkan keinginan jasmaninya, ataupun bisa seperti setan hanya mengumbar hawa nafsunya. Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, manusia dikaruniai empat hal sebagai permata dirinya. Empat permata ini disebutkan Rasulullah dalam hadistnya, sebagaimana dikutip oleh Ihya’ Ulumiddin. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَةُ جَوَهِرَ فِيْ جِسْمِ بَنِيْ اَدَمَ يُزَلُهَا اَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ اَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ وَالدِّيْنُ وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الْصَّالِحُ Rasulullah saw bersabda, “Ada empat permata dalam tubuh manusia yang dapat hilang karena empat hal. Empat permata tersebut adalah akal, agama, sifat malu, dan amal salih”. Akal adalah alat untuk memahami agama. Agama adalah rambu-rambu atau aturan yang memberikan arah pada manusia, sifat malu adalah pengendali, dan amal salih adalah buah dari akal memahami agama dengan pengendali berupa sifat malu tadi. Akal menjadi pemimpin dalam tubuh manusia untuk memahami mana yang hak dan batil, mana yang patut ataupun tidak, mana yang harus dikerjakan ataupun ditinggalkan. Ibnu Hajar al-Asyqalani dalam kitabnya Nashaihul Ibad mendefinisikan akal sebagai جَوْهَرٌ رُوْحَانِيٌّ خَلَقَهُ اللهُ تَعَالَى مُتَعَلَّقًا بِبَدْنِ الاِنْسَانِ يُعْرَفُ بِهِ الْحَقُّ وَالْبَاطِلُ “Permata ruhani ciptaan Allah yang berada dalam jasad manusia untuk mengetahui sesuatu yang hak dan batil.” Maasyiral Muslimin hafidhakumullâh, Permata kedua yang dikaruniakan Allah kepada manusia adalah agama. Agama adalah aturan atau norma yang mengarahkan akal manusia untuk menerima hal-hal yang baik, layak dan pantas. Agama menjadi pedoman bagaimana manusia menjalani kehidupannya; bagaimana mengendalikan syahwat dan nafsu. Akal sehat akan mengarahkan kita dapat menerima agama yang hanif lurus, yang mampu memberikan ketenangan lahir batin dan dapat melahirkan sifat pengedali malu, serta membuahkan amal salih. Malu merupakan sifat yang dikembangkan oleh agama untuk mengendalikan perilaku manusia, yang dapat membedakan kita dengan hewan ataupun setan. Oleh karena itu, Ibnu Hajar al-Asqalani membagi malu menjadi dua, yakni haya’un nafsiyun dan haya’un imaniyun. Haya’un nafsiyun adalah rasa malu yang diberikan Allah pada setiap manusia, seperti rasa malu memperlihatkan auratnya dan sejenisnya. Sifat ini tidak diberikan pada hewan. Sementara haya’un imaniyun adalah أَنْ يَمْنَعَ المُؤْمِنُ مِنْ فِعْلِ الْمَعَاصِي خَوْفًا مِنَ اللهِ “Ketika seorang mukmin mampu mencegah dirinya untuk berbuat maksiat karena takut kepada Allah subhanahu wata'ala.” Sifat ini hanya diberikan pada orang mukmin yang mampu menggunakan akalnya untuk memahami perintah dan larangan Allah. Karena itu, wajar jika Rasulullah pernah memberikan nasihat kepada sahabatnya dengan mengatakan اَلْحَيَاءُ مِنَ الْاِيْمَانِ “Malu itu sebagian dari iman.” Malu untuk berbuat maksiat, malu meninggalkan perintah agama, malu tidak berbuat baik dan lain sebagainya. Maasyiral Muslimin rakhimakumullah, Permata yang terakhir yang dimiliki manusia adalah amal saleh, yakni perbuatan yang patut dan baik menurut kaidah agama. Amal saleh adalah buah dari kemampuan kita memahami agama, menjalankan perintah agama, serta kemampuan kita mengendalikan sikap dalam kehidupan. Banyak orang mampu memahami agama atau mengerti ilmu agama, tetapi tidak mampu mengendalikan syahwat dan nafsunya, sehingga ia tidak memiliki rasa malu, maka ia hanya bisa melakukan sesuatu yang hanya berorientasi pada kebutuhannya yang kadang merugikan orang lain. Contoh sederhana yang dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari, betapa banyak orang pandai agama tetapi tidak mampu mengendalikan diri, sehingga ia bukan mengamalkan ilmu agama, namun hanya memperalat agama untuk kepentingan dirinya atau kelempoknya. Maka akibat yang timbul dari itu bukan amal saleh tetapi justru maksiat. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, Rasulullah dalam dalam hadits di atas juga mengingatkan pada kita akan bahaya yang mengancam empat permata manusia tersebut. Rasul mengatakan فَالْغَضَبُ يُزِيْلُ الْعَقْلَ وَالْحَسَدُ يُزِيْلُ الدِّيْنَ وَالطَّمَعُ يُزِيْلُ الْحَيَاءَ وَالْغِيْبَةُ يُزِيْلُ الْعَمَلَ الصَّالِحَ “Ghadlab marah-marah dapat menghilangkan akal, iri dan dengki hasud dapat menghilangkan agama, serakah thama’ dapat menghilangkan sifat malu, dan menggunjing ghibah dapat menghilangkan amal saleh”. Maasyiral Muslimin hafidhakumullâh,, Semoga permata yang telah dititipkan oleh Allah kepada kita, dapat kita gunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga kita bisa menjadi hamba yang terpilih, selalu bertakwa, dan selalu mensyukuri segala nikmat yang ditipkan kepada kita. باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Ketika kita mengetahui bahwa harta manusia adalah milik Allah, maka kita tahu bahwa semua harta ini hanyalah titipan dari Allah. Seseorang hanya boleh memanfaatkan barang titipan sesuai dengan aturan pemiliknya yang sesungguhnya, tidak boleh memakainya secara sembarangan. Peraturannya, ketika ada seseorang yang menitipkan barang kepada orang lain, maka orang yang dititipi boleh menggunakan barang tersebut dengan syarat mendapat izin dari pemilik barang dan harus sesuai dengan aturan yang ditetapkannya. Sebagai contoh, Si A menitipkan motor kepada si B. Maka Si B boleh menggunakan motor tersebut sesuai peraturan yang ditetapkan oleh Si A karena yang memiliki motor sesungguhnya adalah Si A. Misalnya Si A mengatakan “Kamu boleh menggunakan motor ini asalkan tidak digunakan untuk keluar kota.” Artinya Si B boleh menggunakannya sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Si A yang telah menitipkan barang. Demikian pula harta titipan Allah yang ada pada diri kita, dia hanya boleh dimanfaatkan sesuai dengan aturan Allah, tidak boleh digunakan secara sembarangan. Karena itulah, di akhirat nanti Allah akan bertanya kepada setiap hamba, “Untuk apa harta tersebut engkau habiskan?” Dari Sahabat Abu Barzah, telah berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang 4 perkara Pertama, tentang umurnya dihabiskan untuk apa. Kedua, tentang ilmunya diamalkan atau tidak. Ketiga, Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan. Keempat, tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.” HR Tirmidzi dan Tirmidzi berkara hasan shahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi dan lainnya dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad bin Nashiruddin Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah. Oleh karena itu seseorang tidak boleh menggunakan seenaknya karena semua akan ditanya, apalagi dia habiskan untuk perkara-perkara yang haram atau perkara yang sia-sia. Allah Ta’ala berfirman, إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” QS. Al-Isra’ [17] 27 Allah juga berfirman, وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ…… “….makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” QS. Al-A’raf [7] 31 Oleh karena itu, barang siapa yang mengelola hartanya dengan tanpa hak, misalnya dia gunakan untuk perkara yang haram, perkara yang sia-sia, menghambur-hamburkan uang saja, maka dia diancam Allah dengan ancaman neraka Jahanam. Inilah penafsiran jenis pertama dari hadits tersebut, yaitu mengelola harta yang ada di dirinya tanpa hak. Allahu A’lam. Sumber Referensi Utama dengan sedikti penambahan dari penulis Andirja, Lc., MA, Dr. Firanda. 2021. Kitabul Jami’ Penjelasan Hadits-Hadits Adab dan Akhlak Jilid 2. Jakarta Ustadz Firanda Andirja Office. Navigasi pos

hadits semua hanya titipan allah